
Penugasan kami ke KBRI Riyadh inshaalah adalah yang terakhir untuk menyelesaikan pensiun yang akan jatuh beberapa tahun mendatang. Alhamdulilah banyak orang yang mendoakan penugasan terakhir di tanah suci Arab Saudi, walau tidak di Mekah atau Madinah, namun di ibukotanya, yaitu Riyadh. Di Riyadh inilah Raja dan pangeran Arab Saudi sebagai penjaga 2 kota suci (Khadim al-Haramain Asy-Syarifain) berada, dan kami merasa sangat terhormat bisa mengalami kehidupan dan budaya yang kaya di negara ini. Selama berada di sini, kami berkesempatan untuk bertemu dengan berbagai kalangan masyarakat, belajar tentang tradisi dan kebiasaan yang unik, serta memperdalam pemahaman kami tentang Islam dalam konteks lokal. Ini adalah pengalaman yang tak ternilai, di mana setiap hari menawarkan pelajaran baru dan kesempatan untuk menjalin persahabatan yang tulus. Semoga penugasan ini bukan hanya menutup perjalanan kami, tetapi juga memberikan kenangan indah yang akan dikenang selamanya.
Perjalanan kami bersama keluarga menggunakan pesawat Etihad Jakarta-Riyadh dengan transit di Abu Dhabi. Saat berangkat terjadi kelambatan pesawat datang ke Jakarta sekitar 3 jam dari rencana semula berangkat jam 5 sore menjadi jam 8 malam. Kekuatiran kami adalah waktu transit yang semakin pendek kuatir tidak dapat mengejar penerbangan selanjutnya ke kota Riyadh. Betul saja kemudian pesawat tiba jam 1 dinihari dan pesawat berikutnya adalah 1 jam lagi yakni pukul 2 dinihari. Untuk Bandara Abu Dhabi waktu 1 jam adalah pendek mengingat pindah terminal cukup memakan waktu dan memahami bila gate akan ditutup 20 menit menjelang pesawat berangkat.
Saat berangkat, awalnya kami ingin mengabadikan setting film Mission Impossible di bandara ini, dimana Tom Cruise banyak melakukan adegan kejar-mengejar yang mendebarkan. Bayangan tentang momen epik tersebut sangat menggoda, dan kami berharap bisa bersantai dan menikmati keindahan setting yang sama. Namun, suasana tak sesuai harapan, karena kami sendiri yang akhirnya terjebak dalam situasi yang tidak terduga. Boro-boro bisa menikmati suasana, kami malah harus berlarian dengan cepat untuk mengejar gate tujuan penerbangan berikutnya menuju Riyadh. Suasana terminal yang penuh sesak membuat transit kami terasa lebih lama, meski saat itu dini hari. Banyak sekali penumpang yang juga melakukan transit, masing-masing berburu waktu agar tidak ketinggalan penerbangan. Desakan dan keramaian membuat adrenalin kami meningkat, seolah kami juga terjebak dalam adegan film tersebut, berjuang melawan waktu dan kerumunan.
Ketibaan kami ke Riyadh untunglah pada pukul 4 pagi dimana suhu panas yang jadi momok kami belum menggigit. Suhu pada pagi hari tidaklah dingin dingin amat, tercatat di pengukur suhu di dalam mobil sebanyak 37 derajat. Kebayang kemudian kalau pagi hari segitu bagaimana kalau siang harinya ya? Bayangkan betapa teriknya matahari akan melanda bandaraya ini, di mana jalanan dipenuhi debu dan pancaran cahaya yang menyilaukan. Keadaan ini pasti akan menjadi tantangan tersendiri bagi kami, terutama jika harus keluar untuk menjelajahi tempat-tempat menarik di kota. Kami menyiapkan diri dengan air minuman yang cukup dan pelindung diri, berharap bisa menikmati setiap momen meskipun terik menyengat. Ada pepatah yang mengatakan bahwa setiap tempat memiliki pesonanya, dan kami berjanji untuk menjelajahi Riyadh dengan sepenuh hati, meskipun suhu yang mungkin membuat kami berpeluh.
Tidak berapa lama kami di bandara Riyadh, petugas KBRI dengan cekatan mengurus semuanya untuk mengantarkan kami kerumah transit di Diplomatic Quarter di Riyadh. Tidak lama kami sudah berada di rumah transit di lantai 2 di sebuah bangunan yang didalamnya ada 4 hunian atas dan bawah. Awal masuk kerumah kami langsug kekamar mandi dan buka kran…mashaallah airnya panas dan segera saya cek mesin heater mati lalu kok airnya bisa panas. Selidik punya selidik saya bertanya kepada orang sini bahwa dimusim panas air juga menjadi panas meski malam sekalipun. Mereka menyarankan air ditampung lebih dahulu di ember atau bath tub hingga dingin barulah digunakan.
Penggunaan AC menjadi sangat penting untuk mengatasi cuaca panas, dan bagi kami, fasilitas rumah berpendingin udara menjadi keharusan yang tidak bisa dihindari. Sayapun berpikir tentang bagaimana orang kebanyakan yang tidak mampu mengusahakan alat yang cukup mahal ini untuk rumahnya. Lalu saya melakukan observasi sedikit, ternyata orang-orang mensiasatinya dengan memanfaatkan udara sejuk yang biasanya mulai terasa pada dini hari hingga pagi hari. Pada waktu tersebut, suhu udara sangat nyaman, dan waktu ini sering digunakan untuk beristirahat sejenak. Kebanyakan orang juga memanfaatkan waktu ini untuk beraktivitas di luar rumah, seperti berolahraga atau berkumpul dengan keluarga.
Saat memasuki waktu shubuh, mereka akan memanfaatkan waktu istirahat dengan maksimal sebelum melanjutkan rutinitas harian. Waktu bekerja biasanya agak siang masuknya, terutama kala musim panas, yang membuat pekerjaan di luar ruangan menjadi sulit pada siang hari. Biasanya menjelang bulan Oktober, udara sudah kembali sejuk, menciptakan suasana yang lebih nyaman. Saat bulan Desember tiba, udara bahkan cenderung menjadi dingin, memungkinkan berbagai aktivitas outdoor dilakukan tanpa merasa kepanasan. Nah, saat itu aktivitas outdoor di Arab Saudi mulai terasa nyaman, dan orang-orang pun lebih bersemangat untuk menghabiskan waktu di luar rumah, menikmati cuaca yang mendukung.
Terlepas dari kendala cuaca di Riyadh yang super panas, lambat laun kami sudah dapat mensiasatinya untuk lebih banyak beraktivitas di ruangan dengan fasilitas pendingin udara yang nyaman atau mampir ke mal atau supermarket yang kesemuanya berpendingin udara, sehingga membuat pengalaman berbelanja atau berkumpul menjadi lebih menyenangkan. Kami juga punya kebiasaan untuk memanfaatkan waktu pagi yang lebih sejuk untuk jogging di sekitaran Diplomatic Quarter di Riyadh, di mana kami dapat menikmati taman-taman yang asri dan suasana yang tenang sambil menyapa para penghuni lokal yang juga sedang berolahraga. Aktivitas ini tidak hanya membantu menjaga kebugaran tubuh, tetapi juga memberikan kesempatan untuk mengeksplorasi keindahan lingkungan yang mungkin terlewatkan di siang hari saat suhu semakin meningkat.
Kala jogging di pagi hari cukup lama untuk dapat mengenali kawasan diplomatik ini, karena dilihat dari bangunan hampir bentuknya seragam, kotak-kotak dan warna juga sejenis. Penunjuk tulisan juga rata-rata berbahasa Arab; untungnya kami sudah terbiasa membacanya dan paham maknanya, sehingga kami merasa lebih nyaman menjelajahi area ini. Hari-hari berikutnya kami sudah menemukan walking trek yang dibuat melingkari kawasan Diplomatiq Quarter, dengan aneka daya tarik pemandangan masing-masing yang memukau, mulai dari kebun yang terawat hingga arsitektur modern yang menarik.
Setiap langkah membawa kami ke sudut yang berbeda, di mana kami bisa melihat aktivitas warga setempat. Bentuk taman di Arab juga menjadi mahfum bila banyak memadukan tumpukan batuan dipadu dengan beberapa pohon yang tahan akan cuaca panas; hal ini menciptakan harmoni yang indah di tengah suasana urban yang padat. Aroma bunga dan pepohonan yang segar menambah kenikmatan jogging pagi kami, membuat kami semakin mencintai keindahan dan keunikan kawasan ini.
Leave a comment