Al Turaif Diriyah terletak di barat laut tidak jauh dari pusat kota Riyadh sekitar 17 km atau 10 menit berkendara ke arah Bandara King Khalid. Al Turaif ini menjadi andalan spot wisata kota Riyadh untuk dapat mengantarkan wisatawan kembali ke masa silam melihat kota lama Diriyah yang dibangun tahun 1446 M.

Diriyah kota lama saat ini tengah direvitalisasi termasuk benteng kerajaan, Salwa palace, Saad bin Saud Palace dan Guest house and At-Turaif Bath House dan mesjid Imam Mohammad bin Saud adalah bangunan utama yang dapat dijumpai termasuk Al Bujairi yang menampilkan aneka resto dan cafe kelas dunia.

Memasuki Al Turaif tiketnya 50 SAR namun bila tiba sebelum jam 5 tiket masuknya gratis menggunakan aplikasi yang barcodenya bisa di scan langsung di pintu masuk. Tidak jauh di pintu masuk wisatawan di persilahkan untuk memasuki museum yang berisikan sejarah kota Lama Diriyah berisikan berbagai barang peninggalan dan motif kuno desain pintu dan jendela serta bentuk asli perabotan yang digunakan warga asli kota lama. Selain itu disuguhkan layar panoramic audio visual berisi sejarah Diriyah sejak abad 200 M hingga ditetapkannya Diriyah sebagai rumah asli keluarga kerajaan Saudi dan ibu kota emirat Diriyah di bawah dinasti Saudi pertama dari tahun 1727 hingga 1818.

Setelah Museum wisatawan diarahkan kebangunan benteng al Turaif yang didalamnya berisi jalan atau gang berbatuan berisi replika rumah rumah asli termasuk mesjid,pasar, lapangan, resto dan cafe tradisional arab dan biasanya ditampilkan pertunjukan kesenian lokal. Malam hari benteng Al Turaif akan disinari aneka lampu led sehingga tampilan benteng terlihat sangat indah di malam hari

Diriyah sempat mengalami penguasaan ottoman pada tahun 1818 dan akibatnya kota Diriyah ditinggalkan dan menjadi terbengkalai. Baru pada tahun 2018 dibentuk Badan pembangunan Al Turaif di Diriyah untuk revitalisasi Diriyah sebagai spot wisata andalan yang masuk dalam vision arab saudi tahun 2030.

Al Turaif sebagai perkampungan sendiri ditemukan pada abad 15 dengan gaya arsitektur khas Najdi dan dimasukkan dalam situs dunia UNESCO pada 31 juli 2010.

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.