Bedah buku terkait Mahaguru ulama Hijaz dan Nusantara abad ke 19 yaitu Syekh Nawawi Al Bantani (1812-1897) telah berlangsung di KBRI Riyadh dihadiri Duta Besar RI Atdikbud mahasiswa dan Sekolah Indonesia Riyadh serta masyarakat lainnya.

Tulisan mengenai kehidupan ulama nusantara yang menghabiskan waktu hidupnya banyak di tanah hijaz ini sulit diperoleh kecuali hasil karyanya lebih dari 100 dan kini sudah terverifikasi sebanyak 42 buku. Ulama ini mampu menampilkan karya yang lengkap terkait aqidah fiqih dan tasawuf dengan lengkap dan sistematis dan sesuai dengan akademis keilmuan sehingga karya ulama ini sudah berapa kali dicetak tidak saja di arab Saudi namun Mesir Sudan Mali dan sudah pasti di sekitar Asia tenggara.

Syekh Nawawi al Bantani ini paling ditakuti terkait pemikirannya mampu menggerakkan perlawanan pribumi terhadap kolonialisme dalam tuturan dari Snouck Hugronje sebagai ahli yang digunakan belanda dalam menumpas pergerakan. Yang menarik snouck Hugronje akhirnya dipakai oleh kolonialis Perancis untuk menumpas gerakan Muslim di Afrika Utara yang nuansanya sama dengan di Nusantara kala itu.

Syekh Nawawi pada abad 19 menjadi kebanggaan Indonesia dimana orang Arab Saudi kala itu sangat mengenalnya selain sosok bung Karno. Syekh Nawawi menunjukkan diri sebagai orang Indonesia yang menjadi Imam Mekah yang tidak semua orang bisa mendapatkan posisi tersebut. Syekh Nawawi sering disalah artikan dengan Imam Nawawi dari Damascus terkait tafsir hadist padahal jelas ini orang berbeda hanya kebetulan bernama sama.

Perjuangan untuk mendapatkan manuskrip sekitar kehidupan tokoh ulama ini memang tidak mudah dan perlu perjuangan dengan menelusuri jejak dengan mencari informasi kepada murid muridnya dan keturunan ulama tersebut baik yang tinggal di Arab Saudi maupun yang sudah di tanah air. Penelusuran manuskrip juga banyak dilakukan di Universitas Leiden di Belanda dan mendapatkan beberapa naskah dan foto terkait serah terima konsulat Hindia Belanda saat itu kepada Kedutaan Republik Indonesia yang waktu itu berkedudukan di Jeddah.

Sangat diyakini naskah dan manuscrip terkait tokoh ini masih banyak dijumpai di Arab saudi, namun terkait dengan arah kebijakan Arab Saudi untuk kembali ke ajaran Islam sesungguhnya dan untuk tidak membiarkan masuknya pemikiran lain yang progresif terkait pergerakan yang dianggap berbahaya.

Penelusuran kehidupan Sheikh Nawawi al Bantani ternyata juga banyak dijumpai dari para orientalis barat yang dalam tulisan bercerita mengenai haji dan tertarik dengan kehidupan orang dari asia tenggara dalam melakukan haji yang diantaranya banyak dijumpai tentunya orang Indonesia. 

Saat berada di Mekah selama 30 tahun Sheikh Nawawi al Bantani banyak mengajarkan ilmu kepada santri santri ulama Indonesia yang menjadi cikal bakali terbentuknya jaringan intelektual ulama nusantara saat itu. Santri petama adalah KH Imam Asy’ari, Kyai Kholil bangkalan, KH Sholeh darat yang meiliki nama asli Muhammad Salih bin Umar as Samarani dan banyak lagi seperti KH Arsyad Tasikmalaya.

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.