Haji merupakan puncak kewajiban ibadah bagi umat Islam. Karenanya haji bersifat menyempurnakan ibadah-ibadah sebelumnya. Haji membutuhkan fisik yang prima ditambah kemampuan biaya dan sarana untuk mewujudkannya dan memenuhi kebutuhan keluarga yang ditinggalkannya.
Dalam berhaji dibutuhkan iman yang kuat dan keteguhan niat di hati dalam memenuhi rangkaian ibadah yang ada didalamnya. Mulai dari memakai pakaian Ihram dari miqat, thawaf, sa’i, wukuq di arafah, berhenti sejenak di Muzdalifah, bermalam di Mina, melempar jumrah dan kembali ke mekah untuk haji wadha (haji perpisahan).
Tanpa kemampuan fisik, berbekal iman dan keteguhan niat dihati yang semuanya diberikan Allah kepada hambanya, diri otomatis akan takut dan bimbang melihat begitu banyak manusia dari berbagai bangsa dan berbagai karakternya tumplek disatu tempat Masjidil Haram, Mekah.
Dari jutaan manusia itu ada juga beberapa niat haji yang bukan selain Allah, karena tanpa menutup mata ternyata ada niat-niat lain dari orang berhaji seperti. Mungkin niat awalnya adalah kepada Allah, namun kemudian tiada bertahan lama, muncul niat-niat lainnya selain kepada Allah seperti dibawah ini :
- niat mendapatkan gelar haji,
- niat karena riya ingin pamer bisa haji berapa kali,
- niat menghajikan orang lain (haji badal),
- niat memenuhi undangan raja Arab/karena dinas/menjalankan tugas,
- niat bekerja terkait keperluan haji
- niat menambah penghasilan untuk memberikan bimbingan pada jamaah,
- niat menikah dan mencari jodoh
- niat untuk sembuh dari sakit,
- niat untuk meninggal ditanah suci
- niat untuk mengemis,
- niat untuk berdagang,
- niat untuk belanja
- niat untuk jalan-jalan
- niat mengambil kesempatan dari kelengahan jamaah haji seperti mencuri,
- niat membawakan uang seseorang yang belum berhaji untuk ditawafkan dengan harapan terpanggil seseorang itu untuk berhaji.
- niat membantu jamaah untuk mencium hajar aswad dan tempat-tempat ijabah lainnya,
- mencuri kiswah atau tali pengepel lantai Mesjid untuk dijadikan jimat dan kesembuhan.
- dan niat memenuhi panggilan setan lainnya, karena ada juga yang berniat untuk mengukur kekuatan, kesaktian dan kedigdayaan diri.
Bila ditemukan atau terbersih niat demikian sebaiknya diri waspada. Jadi keikhlasan seseorang untuk menjaga agar Haji dilakukan dengan niat murni hanya kepada Allah, sangat sulit, namun disitulah tantangannya karena niat kepada Allah itu memang tidak dapat bercampur dengan niat-niat lainnya.
Keteguhan niat ini perlu dijaga agar biaya, waktu, tenaga dan pikiran yang sudah dikeluarkan sedemikian banyak dalam berhaji sehingga berbuah pahala bukan malah sia-sia.
Wallahu a’lam

Leave a reply to mahendraza Cancel reply