Dalam post sebelumnya dikisahkan bagaimana Nabi saw melakukan tawar menawar untuk menggandakan pahala kebaikan bagi umatnya, kali ini Nabi saw tawar menawar untuk bilangan dalam shalat sehari semalam juga bagi umatnya.
Pada peristiwa Isra dan Mi’raj, saat Muhammad saw diterbangkan dengan Buraq dengan diantar malaikat Jibril mengunjungi beberapa langit dari langit kesatu hingga langit ketujuh dan terakhir ke Sidratul Muntahar. Disana Nabi Saw mendapat perintah shalat sebanyak 50 kali sehari semalam.
Nabi bersabda: Aku turun dari Sidratul Muntahar membawa perintah shalat itu, hingga bertemu Musa As. Musa bertanya kepadaku: Apa yang diwajibkan Tuhan kepada umatmu?. Aku menjawab : shalat 50 kali sehari semalam. Musa As lalu berkata: Kembalilah pada Tuhanmu, mintalah keringanan, karena umatmu tidak akan mampu melaksanakannya. Lanjut Musa: Aku sudah pernah mencoba kepada umatku, Bani Israil.
Sabda beliau : maka kemudian akupun kembali kepada Tuhan dan berkata: Wahai Tuhanku berilah keringanan kepada umatku. Allah kemudian mengurangi 5. Aku kembali kepada Musa As dan berkata: Tuhan telah mengurangi 5. Musa berkata: Umatmu tidak akan mampu melaksanakan perintah itu, kembalilah kepada Tuhan dan mintalah keringanan lagi.
Sabda beliau selanjutnya: Begitulah seterusnya aku datang berulang kali antara Tuhan dan Musa, sampai akhirnya Tuhan berfirman: Wahai Muhammad, sesungguhnya kewajiban 50 kali itu menjadi shalat 5 waktu dalam sehari semalam. Masing-masing shalat bernilai 10, karenanya shalat 5 waktu itu sama nilainya dengan shalat 50 kali. Lalu aku turun lagi dan bertemu Musa dan memberitahukan keputusan Allah itu.
Namun Musa As tetap berkata: kembalilah kepada Tuhan dan mintalah keringanan. Nabi saw bersabda: Sungguh aku telah berulangkali datang menghadap Tuhan meminta keringanan hingga aku merasa malu kepadaNya (HR Bukhari Muslim)
Melihat kisah ini saya tidak meributkan mengenai patuhnya Nabi Muhammad saw terhadap Musa As, karena memang itu kisah adanya, tetapi lebih melihat pada perhatian penuh Rasulullah kepada umatnya agar tidak menderita atau terbebani dengan ibadah yang banyak. Hal ini sesuai dengan
Firman Allah : Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin. (Attaubah 128)
Ibnu Athaillah dalam kitab al Hikam juga menerangkan ada maksud Allah dengan sederhananya bilangan shalat tersebut sebagai berikut:
Ibnu Athaillah berkata : Shalat adalah sarana bermunajat serta sumber penyucian. Luas di dalamnya arena rahasia Allah dan terbit darinya kilau cahaya-Nya. Allah mengetahui adanya kelemahanmu sehingga Dia menyederhanakan bilangan shalat. Allahpun mengetahui kebutuhanmu pada anugerahNya sehingga dia melipatgandakan pahalanya.
Wallahu a’lam

Leave a reply to aryo Cancel reply